Senin, 17 Februari 2014

CERPEN REMAJA PUTIH ABU-ABU

CERPEN REMAJA 


PUTIH ABU-ABU


Malam itu ku teringat akan semua masa-masa ketika ku bersama mereka bersama teman-teman SMA ku , tak bisa kuhitung tetesan air mataku yang jatuh mungkin kumuak, kubenci,  sekaligus ku mengasihi  dan bangga akan diriku sendiri. Aku yang terpojokan dekap sikap-sikap mereka membuatku tersadar aku tak seisitimewa mereka yang lahir dengan wajah yang rupawan, harta yang berkecukupan, dan tinggal dilingkungan perkotaan.


Cerpen Remaja Putih Abu
Teringat akan sebuah kenangan di mana aku duduk di kelas 1 SMA aku yang awalnya sangat sulit beradaptasi dengan semuanya. Tampanku yang biasa-biasa saja, gayaku yang cupu, dan otakku yang biasa-biasa pula membuatku minder dengan sekelilingku. Kuberfikir apakah ada sesosok teman yang mau nerima aku yang seperti ini dan apakah aku bisa membuat mereka iri akan kehidupaku yang akan datang, yah liat saja nanti. Kisahku di putih abu-abu.
Senin, 4 Juni 2010. Hari pertama  kumelukis kisah di putih abu-abu. Pagi itu dengan bangga kutampil didepan bapak dan ibuku berpakain putih abu-abu berjilbab abu-abu serasa aku telah berubah menjadi gadis remaja yang cantik saat itu, tau bagaimana reaksi bapak dan ibuku waw mereka memberiku 2 jempol, makasih bapak ibu udah membuat hatiku tersenyum meski kusadar kubiasa-biasa saja, sebelum kesekolah kucium tangan bapak dan ibu, pesan bapak dan ibu jalani semuanya dengan hati yah nak, karena hatilah yang akan menuntun hidupmu. Pesan itulah yang membimbing jalanku.
Dengan basmalah ku menginjatkan kakiku di SMA NEGERI 1 4 BUTTERFLY . Yah ini lah awal perjuanganku. Bell berbunyi tanda pelajar dimulai tapi aku belum tau dimana kelasku berada, namanya juga baru masuk sekolah jadi aku belum tau, saat itu aku ditempatkan dikelas 1.E. Aku  berjalan dan bertanya kesana kemari mencari kelasku tapi sudah hampir stengah jam berlalu aku belum dapat, hingga kuberanikan diriku bertanya kepada guru, saat itulah aku baru tau dimana kelasku. Teman-teman dan kakak-kakak kelas yang berbisik sambil tertawa melihatku saat itu membuatku teringat pesan bapak da ibu jadi aku tidak boleh sakit hati kerena nanti hatiku jadi rusak dan tidak ada yang membimbing hidupku, meski ku sadar aku lah yang diceritai dan ditertawai mereka, gayaku yang cupu inilah ditertawai mereka, sepatu yang kukenakan ini adalah sepatu kusam yang kupakai sejak aku kelas 3 SMP dulu, karena tidak mau menyusahkan orangtua jadi aku menolak untuk dibelikan yang baru,kurawat sepatuku ini dengan baik-baik meski kumuh tapi masih layak dipakai. Perasaanku saat itu sangat sedih tapi mau diapakan lagi memang pantas aku digituin, selintas hatiku berkata tunggu suatu saat nanti  kalian akan membayar hinaan kalian dengan sanjungan akan keberhasilan dan presatasi yang akan kuraih nanti.
Tidak terasa satu tahun berlalu aku menjalani kehidupanku di SMA ,yah meski sudah hampir setahun tapi aku baru mengenal beberapa teman yang mau berteman dengan ku, itupun bisa dihitung jari kasihan yang aku.
Ada hal yang membuatku bersedih dan kecewa tau apa, naik kelas 2 aku ditempatkan dikelas BAHASA, dimana siswa beranggapan kelas program bahasa lah tempat siswa-siswa yang bodoh dan nakal. Awalnya ku tidak menerima semua ini tapi aku sadar Allah telah punya rencana yang indah sehingga menempatkanku dikelas ini. Pandangan mereka yang jelek akan kelas program bahasa ini kan saya ubah menjadi pandangan yang beranggapan bahasa jurusan yang istimewa jurusan yang tidak bisa dianggap sepele. Saat itulah ku ubah sikap, gaya, tampilan dan kebiasaan buruku.
Hari pertamaku belajar di Kelas Bahasa dengan gaya berpakaianku  yah bisa dibilang lumayan kalau diberi nilai dapat 82 lah, bukan cuman gaya berpenampilanku berubah tapi sikapku pun kuubah juga wajahku yang dulunya nunduk kalaw jalan, sekarang dah agak tegak dengan wajah dan hati yang tersenyum. Tau tidak perubahanku itu memberikan hasil yang positif bagi diriku teman-temaku mulai banyak dan prestasiku mulai meningkat, aku lebih rajin belajar sehingga aku ditunjuk menjadi salah satu yang mewakili sekolah untuk lomba membawa nama sekolah, dan kini aku mulai bangga akan diriku, meski masih banyak yang mencela dan menghinaku disekolah.
Pesan bapak dan ibu yang kutanam dalam hatiku benar-benar membimbingku. Jika hati dijaga dan dijauhi dari penyakit hati pasti akan menghasilkan hati yang mulia. Menjalani hari demi hari dengan sejuta kesan yang kuterima memberiku sebuah pelajaran besar akan kehidupan, ini baru awal dari kehidupanku masih banyak kehidupan selanjutnya yang akan penuh dengan cobaan. Jangan takut untuk berubah kalau memang semua itu tidak merugikan diri kita dan orang lain. Semua pengalaman yang kudapat adalah guru dari perjalananku selanjutnya.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar